Lanjutan mempertaruhkan arah rasa
Begini Tor,,, aku merasa kalimat bijak ini perlu dikaji dan direnungkan, apakah diri ini masih merangkak seperti ana-anak? Ini dalam hal rokhani maupun rasa terhadap Tuhan kita. Banyak sekali manusia yang melewatkan hal-hal penting dalam hidupnya, terutama yang bersifat religi.
Ini jika tidak salah dalam penafsiran saya, akan menghambat proses kedewasaan dimata Tuhannya.
Wah,, wahh,,, waahhh,,, Teerrrr,,! kita tukar nama saja ya Ter..? Memangnya kenapa Tor,,?
Aku ini yang punya nama Tutor, ternyata tidak se-dewasa kamu yang memiliki nama Titer. Yah,,, sekarang aku tahu Ter, ternyata kedewasaan seseorang tidak bisa diukur dari kepintaran akliahnya.
Kepintaran yang bersifat akliah setinggi apapun ternyata masih seperti katak dalam tempurung, dan tidak akan pernah cukup untuk mi'rout sampai ke Arsy menuju Tuhannya. Hanya hati,, ya,,, hanya hati yang bisa. Tidak boleh mempertaruhkan rasa hanya sekedar untuk menghilangkan kuwajiban.
Ter,,! malam ini aku mendapatkan hikmah yang besar dari Tuhan melalui kamu Ter. Selalu ingatkan aku ya Ter,,?!!
Sama-sama Tor,,! Ketika kamu memberikan ceramah, menyampaikan kalam-kalam Illahi pada orang-orang kampung kita ini, aku juga mendapat banyak pelajaran dari kamu Tor.
Kedua sahabat itu terdiam, sama-sama merenung, dihatinya terasa bersama Tuhannya, begitu indah, damai, tentram, nyaman, bahagia, lezat, nikmat, yang kesemuanya itu dalam arti yang sesungguhnya.
Tutor terbangun lebih dulu dari alam ke-rokhani-annya. Ia memandangi sahabatnya yang kelihatannya begitu manikmatinya.
Ter,,,!? Tutor memanggilnya pelan. Ya Tor..! Sudah jam tiga Ter, waktunya sahur. Yuk kita sahur, kata Tutor.
Padahal perasaan hanya sebentar ya Tor, tahu-tahu sudah waktunya sahur. Tutor meng-iyakan sambil berjalan menuju rumah masing-masing untuk sahur.
Sekian.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat yang tidak pas dan sulit dipahami, karena tidak pernah belajar tentang redaksi.
Jika ada nama kampung dan kedua tokoh yang sama, itu bukan kesengajaan, hanya kebetulan saja.
Genting (gawat, bahaya). Titer (siaga, waspada, hati-hati). Tutor (penyampai, juru terang, menerangkan).
Untuk para ahli bahasa dan redaksi, mohon koreksinya.
Terima kasih.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya